Pertemuan Koordinasi Kemitraan Aneka Kacang Dan Umbi Tahun 2014
Pontianak-Pertemuan Koordinasi Kemitraan Akabi dihadiri oleh sekitar 30 peserta yang berasal dari Dinas pertanian Kabupaten, Penyuluh dan para Pelaku Usaha yang berasal dari 14 Kabupaten/Kota. Narasumber pada pertemuan adalah Kepala Bidang Bina Produksi Tanaman Pangan, Kepala Bidang Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Disperindag Provinsi Kalbar, Direktur Republik Tello Malang, Ketua KOPTI, dan Direktur Jetskin.
Komoditas AKABI memiliki peran penting sebagai pemenuh pangan, pakan dan bahan baku industri terutama industri olahan yang kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Sampai dengan tahun 2014 diperkirakan komoditas AKABI yang telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kalbar adalah kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Sementara itu untuk komoditas kedelai dan kacang hijau, produksi daerah masih belum dapat memenuhi kebutuhan dan harus mendatangkan dari luar daerah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kedelai saat ini adalah produksi kedelai lokal kurang diminati oleh para pelaku usaha tahu tempe. Sehingga mengurangi minat petani dalam menanam kedelai. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus membenahi kebijakan impor kedelai dan mendorong petani lokal untuk menyediakan lahan serta memperbaiki teknologi produksi kedelai.
Meskipun produksi komoditas umbi-umbian di Kalbar telah dapat memenuhi kebutuhan daerah, permasalahan utama yang dihadapi petani umbi-umbian adalah pemasaran hasil terutama pada wilayah-wilayah sentra produksi ubi kayu. Untuk itu diharapkan adanya jalinan kemitraan dalam hal pemasaran hasil sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan motivasi petani untuk terus mengembangkan komoditas AKABI di masa mendatang.
Permasalahan yang dihadapi oleh sektor pertanian saat ini adalah tenaga kerja. Karena tenaga kerja yang dibawah usia 40 tahun sangat sulit, usia rata-rata petani berada diatas 40-50 tahun. Hal ini cukup memerlukan perhatian karena sektor pertanian dianggap kurang memberikan kontribusi bagi pendapatan mereka.
Permasalahan global secara nasional yang dihadapi oleh pelaku industry pengolahan hasil AKABI adalah masih tingginya ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap terigu yang saat ini diperkirakan sekitar 65%.
Beberapa pelaku usaha pengolahan hasil AKABI di Kalbar mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber bahan baku tersebut seperti pengusaha stik keladi, pengrajin kecambah maupun pengusaha tempe dan tahu. Akan tetapi beberapa petani di wilayah sentra justru mengeluhkan kesulitan dalam memasarkan hasil terutama ubi kayu sehingga diperlukan jalinan koordinasi yang intensif antara petani dengan pelaku usaha, dimana pengusaha memerlukan bahan baku sedangkan petani memerlukan kepastian pasar.
Perlu kesabaran dan sosialisasi tingkat tinggi untuk mengarahkan masyarakat untuk menggunakan bahan baku alternatif non terigu. Salah satu bukti keberhasilan usaha pengolahan hasil dari bahan baku umbi-umbian adalah Republik Tello yang berlokasi di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur dan didukung dengan tingginya angka konsumsi masyarakat di daerah tersebut dan sekitarnya hingga mencapai omzet sebanyak 30.000-35.000 produksi bakpao perhari serta 23.000 produksi bakpia tello per hari disamping aneka olahan lainnya.
Perlu adanya keseriusan dari mitra usaha dalam menampung hasil petani secara berkesinambungan, bahkan perlu diperkuat dengan MOU untuk mewujudkan kerjasama yang saling menguntungkan antara petani dengan pelaku usaha.
Erviyanto,SP.i