Menyulap Bukit Cinta di Pahauman Menjadi Lahan Pertanian Cabai

LANDAK (Agroinfo) – Di Dusun Bintang, Desa Pahauman, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat terdapat sebuah bukit dengan hamparan lahan pertanian cabai yang cukup luas. Bukit Cinta, demikian warga setempat menyebutnya. Lokasi pertanian berdekatan dengan jalan raya, tidak jauh dari ibukota Kabupaten Landak, Ngabang.

Di tangan beberapa petani cekatan yang menyewa lahan milik warga setempat seluas 7, 5hektare, belum genap setahun Bukit Cinta yang dulunya ditumbuhi tumbuhan liar, kini tampak indah dengan ribuan pohon cabai yang berjajar rapi. Wajar bila lahan pertanian cabai yang dikelola secara mandiri ini, sekarang menjadi salah satu tujuan agrowisata oleh warga, kendati datang hanya untuk berswafoto.

Akong (40), warga Kalimas Kabupaten Kubu Raya yang beristrikan orang Landak adalah salah satu petani yang melirik peluang untuk bertani cabai di Bukit Cinta. Lama menganggur menguatkan Akong yang memang sudah punya pengalaman dalam bertani, kemudian mencari lahan di Landak.

“Dapat dorongan dari teman, akhirnya saya buka cabe, pengalaman saya kan sudah ada dulu, jadi saya coba-coba buka lagi lah. Tahu-tahunya kayak gini, ada keuntungan sedikit,” ujarnya kepada wartawan di Bukit Cinta, Kamis (26/7/2018).

Di lahan seluas 7,5 hektare, Akong berbagi lahan dengan petani lainnya yang tidak lain masih punya hubungan keluarga dengan dirinya. Dalam sebulan saat memasuki masa panen, lima bulan setelah tanam, Akong mampu memanen cabai tujuh kali.

“Tiga hari sekali. 28 ton lebih sebulannya dalam panen raya,” ucapnya.

Saat membuka lahan, perawatan hingga panen, Akong memberdayakan warga setempat. Ketika panen, 200-an warga bisa ia rekrut untuk bekerja. Pekerja tetapnya ada delapan orang.

Untuk pemasaran, Akong tidak khawatir. Cabai yang dipanen, ia pasarkan ke sejumlah pasar di Pontianak melalui adiknya. Menurut dia, keuntungan pasti akan ia dapat saat harga jual per kilonya mencapai Rp30 ribu. Namun harga jual tidak selalu tetap. Ketika per kilo sekitar Rp18 ribu, ia pastikan mengalami kerugian karena tidak menutupi biaya pembukaan lahan, perawatan dan sewa lahan selama dua tahun.

Akong mengungkapkan, modal untuk lahan seluas 7,5 hektare seluruhnya sekitar Rp700 juta. Per hektare, Akong dan petani lainnya mampu mendapatkan keuntungan hingga Rp100 juta per tahun.

“Kalau harga tidak turun, setahun lebih keuntungan bisa sampai Rp100 juta dalam satu hektare. Itu sudah potong gaji. Di atas Rp30 ribu, pasti untung. Kalau Rp18 ribu, sudah jelas rugi. Biaya perawatan dan lain sebagainya tinggi,” kata dia.

Akong dan petani lainnya di Bukit Cinta, kini mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Semula bertani secara mandiri, saat ini mereka telah mendapatkan dampingan dari kelompok tani setempat, Kelompok Tani Sahowa.

Upaya Akong dan petani lainnya mengolah lahan di Bukit Cinta menjadi lahan pertanian hortikultura secara mandiri, disambut baik Pemkab Landak dan Pemprov Kalbar. Berkunjung ke lokasi pertanian, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan-TPH) Kalbar, Heronimus Hero menyatakan pihaknya siap mendukung karena apa yang dilakukan petani ini telah membantu pemerintah.

“Kami akan sangat mendukung jika ada keperluan yang diperlukan oleh petani seperti Pak Akong ini. Kami siap, mungkin seperti dukungan program ataupun pendampingan intensif terutama mengawal perlindungan hama penyakit tanaman,” ujar Hero, Kamis (26/7/2018) di Bukit Cinta.

Hero mengatakan, upaya bertani para petani di Bukit Cinta tentu saja karena termotivasi bahwa sektor pertanian sangat menjanjikan. Hero berharap, apa yang telah dilakukan petani cabai ini menjadi motivasi bagi masyarakat lainnya, ternyata menggeluti dunia pertanian itu sangatlah menguntungkan.

“Jadi sudah sangat jelas bahwa usaha tani itu, semua komoditi memiliki peluang usaha. Jadi jangan malu berusaha tani, apakah itu di tanaman padi, tanaman cabe atau tanaman lainnya. Karena memang semuanya terbuka peluang. Asal manajemennya, kerja keras yang cukup, saya yakin itu menjadi usaha yang sangat prospek,” kata dia.

Di tempat yang sama, Eva Oktaviani, Kasi Produksi TPH Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Landak mengatakan, Pemkab telah meminta kepada pemerintah pusat untuk mendukung sektor pertanian hortikultura khususnya cabai di Landak. Selain itu, tahun lalu, Pemprov Kalbar juga telah menggulirkan program tanaman hortikultura cabai di Landak seluas 30 hektare.

“30 hektare sampai sekarang nanam bantuan dari Pemerintah Provinsi 2017,” katanya.

Di samping bawang, pertanian cabai di Landak menjadi salah satu potensi bagi masyarakat untuk dikembangkan. Dengan lahan yang masih cukup luas, Landak sangat dimungkinkan menjadi daerah sentra cabai di Kalbar ke depannya.

31 Juli 2018