MENDONGKRAK PRODUKSI DAN MENARIK MINAT USAHA TANI PADI MELALUI HAZTON
MENDONGKRAK PRODUKSI DAN MENARIK MINAT USAHA TANI PADI MELALUI HAZTON
Pontianak-Agroinfo
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat terus malakukan upaya untuk mendongkrak produksi padi sekaligus menarik minat usaha tani padi di Kalimantan Barat. Hal ini cukup beralasan karena kebutuhan akan beras sebagai bahan makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia terus meningkat seiring peningkatan populasi penduduk sementara masyarakat yang menghasilkannya melalui budidaya padi cenderung stagnan tanpa perubahan. Bahkan harus diakui minat masyarakat khususnya kalangan muda untuk membudidayakan tanaman padi mulai luntur oleh usaha lainnya dengan alasan lebih menguntungkan. Apakah memang benar begitu..?
Teknologi HAZTON yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalbar, mungkin dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sebagai informasi, bahwa hasil rata-rata per hektar untuk tanaman padi secara nasional adalah sekitar 5 ton Gabah Kering Giling (GKG), sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Barat sekitar 3,2 Ton GKG. Dengan hasil tersebut, harus diakui memang tidak banyak pendapatan yang diperoleh dari berusaha tani padi, karena dalam satu musim tanam (sekitar 3 bulan) hanya menghasilkan sekitar Rp. 12.000.000 rupiah saja sedangkan biaya produksi sekitar Rp. 5.000.000 per hektar. Itu artinya pendapatan bersih hanya Rp. 7.000.000 untuk 3 bulan. Jadi inti permasalahannya adalah produktivitas rendah yang akhirnya menyebabkan rendahnya pendapatan pengusaha tani padi.
Melalui Teknology HAZTON yang merupakan technology menanam padi dengan jumlah bibit padat tersebut (20 tanaman per lubang), produktivitas tanaman padi dapat ditingkatkan menjadi 2 sampai 3 kali lipat. Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura IR. HAZAIRIN, MS, yang juga penggagas Teknology HAZTON, esensi penting dari penerapan Teknology HAZTON pada usaha tani padi bukan sebatas pada upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi semata. Ada hal Penting lainnya yang berpengaruh besar terhadap kesinambungan Produksi dan Ketahanan Pangan nasional. Hal tersebut adalah Minat Usaha Usaha Tani Padi yang semakin meningkat!!!. Mengapa demikian…? Akhir-akhir ini banyak pengusaha tani yang alih fungsi dari tanaman padi ke komoditas lain karena merasa komoditas padi kurang menguntungkan. Demikian pula para pengusaha pemilik modal yang masih jarang berinvestasi di sector tanaman pangan khususnya padi. Ditambah pula minat generasi muda yang cenderung ingin berusaha di luar pertanian. Kondisi ini tentu saja menjadi ancaman bagi kesinambungan usaha tani padi dan ketersediaan pangan. Bayangkan saja jika tidak ada orang yang mau mengembangkan tanaman padi……tentu Ketahanan pangan kita akan terancam. Adanya Teknology Hazton diharapkan dapat memperbaiki kondisi tersebut.
HAZAIRIN menjelaskan, bahwa Teknology Hazton yang mampu meningkatkan hasil per hektar dua sampai tiga kali dari biasanya otomatis akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi pengusaha tani. Dalam hitungan matematik kasar, jika satu hektar budidaya padi dengan technology Hazton dapat menghasilkan setidaknya 9 Ton GKG. Nilainya setara dengan Rp. 36 Juta jika dijual bentuk gabah. Bandingkan dengan hasil yang biasanya diperoleh lewat technology biasa yang hanya 3 Ton GKG per hektar atau hanya senilai Rp. 12 Juta saja. Dari hitungan kasar saja sangat jelas perbedaannya bahwa Teknology hazton dapat memberikan keuntungan Usaha Tani padi lebih tinggi.
Dari keuntungan yang jauh lebih tinggi inilah diharapkan Hazton dapat menarik minat lebih banyak pelaku usaha dalam mengembangkan komoditas padi. Dengan semakin banyak orang yang berminat, maka usaha tani padi akan terjamin kesinambungannya yang juga sekaligus menjaga kesinambungan ketahanan pangan nasional. Demikian katanya.
Menurut HAZAIRIN, Teknology HAZTON yang digagasnya sejak tahun 2012 tersebut saat ini sudah berkembang dan diterapkan tidak hanya di Kalimantan Barat saja, tetapi juga di beberapa provinsi lain di Indonesia. Sebut saja seperti, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Bahkan melihat produktivitas rata-rata yang mencapai lebih dari 9 ton/Ha, Teknology Hazton saat ini sudah diterima dan didukung oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Untuk di Kalimantan Barat sendiri Hazairin menegaskan bahwa produksi rata-rata tertinggi yang berhasil diperolah secara ubinan adalah sekitar 16 ton/Ha yang dialami oleh pengusaha tani di Desa Sedahan Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan di daerah lain seperti di Mempawah dan Sambas yang juga sudah cukup banyak diterapkan masyarakat secara mandiri, produksi rata-rata per hektar berkisar antara 9 sampai 12 Ton, bervariasai namun tetap melebihi produktivitas biasanya yang hanya sekitar 3 sampai 4 ton/ha.
Wujud dari penerimaan dan dukungan dari Kementerian Pertanian RI terhadap technology HAZTON adalah teralokasinya Kegiatan Pengembangan Teknology Hazton seluas 1000 Hektar di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2015 yang lalu. Kegiatan tersebut tersebar di 4 Kabupaten yaitu Sambas, Mempawah, Kayong Utara, dan Kota Singkawang. Hazairin menambahkan, bahwa tahun 2016 ini Kementerian Pertanian telah meningkatkan dukungannya terhadap technology HAZTON dengan mengalokasikan Kegiatan Pengembangan Teknology Hazton di beberapa Provinsi di Indonesia. Khusus untuk Provinsi Kalimantan Barat, dialokasikan sebayak 44.500 Hektar untuk penerapan technology Hazton.
Selain kegiatan khusus untuk pengembangan Teknology HAZTON tersebut, Kementerian Pertanian juga mengalokasikan kegiatan Cetak sawah Baru di Kalimantan Barat seluas 25.000 Hektar. “Cetak sawah baru seluas 25.000 hektar ini pun jika memungkinkan dapat ditanami padi dengan Teknology HAZTON” demikian kata Hazairin. Dengan demikian akan semakin luas penerapan technology HAZTON dalam Usaha Tani padi di Kalimantan Barat.
Hazairin berharap dengan semakin luasnya pengembangan Teknology HAZTON, maka akan semakin banyak masyarakat pengusaha tani padi yang dapat melihat dan membuktikan sendiri Efektivitas Treknology HAZTON dalam mendongkrak Produktivitas dan produksi tanaman padi. Karena menurut Hazairin, massyarakat lebih percaya jika melihat langsung hasilnya, dibandingkan dengan hanya mendengar pernyataan. Bahkan, katanya untuk lebih membuktikan efektivitas HAZTON dalam meningkatkan produktivitas padi pada masyarakat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalbar memiliki Demo Plot tetap Teknology HAZTON di lahan milik kantor yang berada tepat di belakang bangunan kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalbar, jalan Alianyang, Pontianak. Di lahan yang berukuran kurang lebih 300 m2 tersebut sepanjang tahun ditanami padi menggunakan technology HAZTON, sehingga dapat dilihat oleh masyarakat sepanjang tahun sekaligus bahan pembelajaran bagi masyarakat yang berminat menerapkan teknologi Hazton.
Terkait dengan bagaimana target peningkatan produksi padi di Kalbar, HAZAIRIN sangat yakin bahwa HAZTON akan memberikan pengaruh peningkatan produksi secara nyata. Menurutnya, Berdasarkan kalkulasi kasar saja, program pengembangan HAZTON yang berjumlah 44.500 Hektar akan mampu menyumbang sekitar 400.500 ton untuk satu kali musim tanam (asumsi produktivitas Teknology HAZTON terendah yaitu 9 ton/Ha). Masih ada lebih dari 400.000 an hektar lahan masyarakat yang juga akan ditanami padi. Jika lahan masyarakat ini tidak menggunakan technology Hazton maka akan menyumbang produksi sekitar 1.200.000 ton (rata-rata 3 ton/ha). Jadi secara keseluruhan produksi baik dari HAZTON, maupun yang tidak menerapkan sudah mencapai 1.600.500 ton GKG padi. Angka tersebut hanya berasal dari produksi satu kali musim tanam dan sudah melebihi produksi Kalbar saat ini yang berjumlah 1.376.695 ton GKG. Bayangkan jika lahan mandiri masyarakat yang berjumlah sekitar 400.000 hektar dan Cetak sawah baru seluas 25.000 hektare juga menggunakan technology HAZTON serta ditanam dua kali dalam setahun, pasti angka produksi Kalimantan Barat akan melompat lebih tinggi !!, jelas HAZAIRIN.
Saat ditanya tentang bagaimana prospek Teknology HAZTON kedepan, Hazairin mengatakan bahwa Teknology HAZTON tidak hanya menjadi solusi dalam peningkatan produksi pangan di Kalimantan Barat saja tetapi menjadi solusi peningkatan produksi pangan secara nasional. Indikasinya sudah jelas, yakni semakin banyak provinsi lain yang sudah menerapkannya, apa lagi sudah menjadi program nasional oleh Kementerian Pertanian. Selain itu Hazairin berharap, Teknology HAZTON yang dikembangkannya dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat, khususnya generasi muda untuk lebih berminat membudidayakan tanaman padi. Karena dengan HAZTON, hasil padi yang diproduksi akan berlipat ganda sehingga memberikan pendapatan dan keuntungan yang besar bagi pengusaha tani. Dan jika semakin banyak pengusaha tani yang mengembangkan tanaman padi, tidak mustahil jika Kalimantan Barat akan menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Lebih jauh lagi jika secara nasional Teknology HAZTON dapat diterapkan maka Indonesia akan berpeluang menjadi salah satu produsen utama beras di dunia, dan Memang Teknology HAZTON dari KALBAR untuk INDONESIA !!, demikian katanya.*** Hero**