KALBAR KEMBANGKAN PADI ORGANIK DI KAWASAN PERBATASAN
Agroinfo
Pontianak - Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Heronimus Hero mengatakan bahwa Kalbar mulai tahun ini mendapat alokasi pengembangan padi organik di kawasan perbatasan yakni di Kabupaten Sanggau.
"Untuk di Kalbar sendiri teralokasi untuk delapan kelompok tani komoditi pangan padi," ujarnya di Worksop awal dukungan untuk pengembangan sistem pertanian padi organik di Kalbar yang digelar di Pontianak, Kamis.
Hero menjelaskan pengembangan padi organik yang diarahkan di perbatasan karena satu di antaranya mempertimbangkan akses pasar.
"Pengembangan yang ada cendrung ke daerah perbatasan karena berkaitan nanti dengan akses pasar. Kabupaten Sanggau berbatasan darat langsung dengan Sarawak, Malaysia," papar dia.
Hero menyebutkan bahwa kegiatan pegembangan padi organik di Kalbar merupakan program 1.000 desa organik dari Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
"Mudahan ini bisa berkembang bukan hanya di Sanggau nantinya namun kabupaten lain yang berbatasan dengan Malaysia," harap dia.
Sementara itu saat workshop, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan RI, Gatut Sumbogodjati mengatakan 1.000 Desa Organik merupakan bagian dari rencana pemerintah yang merupakan satu di antara prioritas pembangunan nasional yang fokus pada peningkatan kemandirian ekonomi sektor domestik utama.
"Wilayah pengembangan organik yang bekerjasama dengan FAO diprioritaskan di wilayah perbatasan. Hal ini memperhatikan aksesibilitas pasar di antaranya Malaysia dan perhatian pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perbatasan," papar dia
Ia memaparkan bahwa organik sudah menjadi alternatif konsumsi bagi masyarakat Indonesia, walaupun belum dalam skala besar. Menurutnya pelaku organik saat ini cenderung memenuhi pasar ekspor sebagai target usaha.
"Dalam rangka itu pemerintah memberikan berbagai fasilitasi, antara lain bantuan sarana produksi, bantuan sarana pascapanen dan sertifikasi," jelas dia.
Kerjasama dengan FAO akan dilaksanakan selama dua tahun di desa penghasil padi Kabupaten Sanggau. Dinas Pertanian dan LSM lokal telah mengidentifikasi kelompok tani yang akan melaksanakan Sistem Pertanian Organik.
Sementara itu, Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard mengatakan pihak mendukung pergeseran ke pertanian organik karena lebih menekankan kesehatan ekosistem daripada mengandalkan masukan pertanian kimia sintetis.
“Sistem pertanian organik ini mengurangi dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi berbahaya akibat dari penggunaan masukan seperti pupuk sintetis dan pestisida sintetis dan varietas yang dimodifikasi secara genetika,” kata
Ia menambahkan bahwa penekanan produksi berbasis kesehatan ekosistem akan menghasilkan produk pangan yang sehat dan aman.
"FAO mendefinisikan ketahanan pangan itu ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomi untuk makanan yang cukup aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan untuk kehidupan yang aktif dan sehat," kata dia.