Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar Raih Juara III Inovasi Daerah Kalbar
UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalbar berhasil meraih prestasi gemilang dalam perhelatan Kalimantan Barat Inovasi Award (KALBARIA) Tahun 2022 Kategori Pemerintah Provinsi di Hotel Aston Pontianak, Senin (24/10).
Bersaing dengan 111 inovasi yang diajukan oleh OPD Lingkup Provinsi Kalbar inovasi UPT Perlindungan TPH masuk dalam jajaran lima besar yang kemudian berhasil menyabet juara III.
KALBARIA 2022 adalah suatu ajang untuk menjaring inovasi-inovasi terbaik yang dapat meningkatkan daya saing daerah serta memberikan penghargaan kepada Pemerintah Daerah (meliputi seluruh Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa), serta masyarakat secara individu maupun kelompok yang telah berhasil sebagai penemu atau pengembang karyanya secara nyata serta telah diterapkan, teruji dan terbukti kemanfaatannya.
Adapun inovasi yang didaftarkan oleh UPT Perlindungan TPH Kalbar tahun ini berbentuk tata kelola pemerintahan daerah yang berjudul Informasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Berbasis Spasial Sederhana.
Inisiator inovasi, Diky Dwi C, menjelaskan UPT Perlindungan TPH Kalbar adalah UPT teknis yang tusi utamanya adalah melakukan pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura dari serangan OPT dan dampak perubahan iklim. Dalam menjalankan tupoksinya tersebut UPT Perlindungan TPH Kalbar mempunyai petugas teknis fungsional yang bernama POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang tersebar di kecamatan-kecamatan di 14 Kabupaten/Kota.
Bisa dikatakan petugas pelayanan publik dari UPT Perlindungan TPH Kalbar sebagai instansi teknis di bidang pertanian adalah POPT. Pelayanan publik yang diberikan adalah berupa informasi hasil pengamatan kondisi tanaman petani di lapangan seperti jenis-jenis OPT yang menyerang, potensi kehilangan hasil panennya, serta prakiraan OPT apa yang akan muncul di musim tanam selanjutnya.
Berangkat dari hal tersebut kemudian petugas POPT melakukan bimbingan teknis pengendalian OPT kepada para petani sehingga petani dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian secara dini.
“Kegiatan pendampingan-pendampingan kepada petani seperti itu berdasarkan hasil pengamatan. Dengan keberadaannya yang tersebar di lapangan, bagaimana cara memastikan bahwa para petugas POPT tersebut turun ke lapangan melakukan pengamatan? Nah, disinilah inovasi kami masuk. Dengan adanya inovasi ini dapat diketahui keberadaan petugas POPT apakah sesuai dengan yang dilaporkan. Ketika seorang petugas POPT melaporkan sedang melakukan kegiatan pengamatan di Desa A, Kecamatan A misalnya, maka akan diketahui apakah yang bersangkutan benar-benar berada di sana atau hanya sekedar pelaporan saja. Karena kalau hanya ‘mengarang indah’ tanpa turun ke lapangan maka informasi dan rekomendasi yang diberikan jauh dari kata akurat. Dan inilah salah satu hal yang sering menyebabkan munculnya ledakan serangan OPT,” jelas Diky.
Dalam pemaparannya saat tahap presentasi dan wawancara dengan tim penilai, Diky menjelaskan arti dari judul inovasi yang diajukan yaitu Berbasis Spasial Sederhana. Berbasis Spasial artinya informasi kegiatan perlindungan tanaman ditampilkan dalam bentuk peta. Sederhana, karena hanya menggunakan ‘tools’ google map dan excel sehingga sangat mudah dipahami oleh siapa pun yang membacanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, alur penyusunan informasi kegiatan perlindungan tanaman yang bersumber dari laporan harian para petugas POPT ini juga terbilang sangat sederhana. Para petugas POPT menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada para Koordinator POPT Tingkat Kabupaten/Kota melalui aplikasi whatsapp dengan dilampiri foto open camera.
Setelah diperiksa oleh koordinator kabupaten/kota, laporan dari masing-masing petugas POPT tadi kemudian diteruskan ke provinsi untuk diperiksa ulang oleh tim inovasi sebelum kemudian diteruskan ke direktorat perlindungan tanaman pangan dan hortikultura.
Tim inovasi ini kemudian menyajikan laporan-laporan harian kegiatan POPT tersebut dalam bentuk peta di google map yaitu Peta Monitoring OPT Tanaman Pangan, Peta Monitoring OPT Hortikultura, Peta Gerakan Pengendalian OPT, Peta Monitoring Dampak Perubahan Iklim, serta Peta Kegiatan POPT Non Monitoring.
Adapun peta monitoring OPT berisikan informasi hasil pengamatan harian OPT mulai dari lokasi pengamatan, hasil pengamatan hingga rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan. Begitu juga dengan peta gerakan pengendalian OPT dan monitoring dampak perubahan iklim. Sementara untuk peta kegiatan POPT non monitoring menginformasikan kegiatan harian POPT seperti bimbingan teknis kepada petani, pertemuan-pertemuan, pengawasan peredaran pestisida dan lain-lain. Semua informasi yang disampaikan dalam peta-peta kegiatan di atas bersifat spesifik lokasi di titik koordinat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
Selain diinput ke dalam peta harian, jumlah kegiatan para petugas POPT tersebut juga direkapitulasi dalam excel yang nantinya di setiap akhir bulan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penghitungan TPP.
Suyatno, Kepala UPT Perlindungan TPH Kalbar menambahkan, syarat awal keberhasilan dari setiap pendampingan kepada petani adalah dapat dipastikannya petugas memang berada di lapangan. “Itu dulu kuncinya. Ketika kita berbicara mengenai data maka harus dipastikan dahulu bahwa data tersebut memang akurat yang berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,” ujarnya.
Ditambahkannya, pemetaan kegiatan-kegiatan harian POPT di Kalimantan Barat ini sudah berjalan dari tahun 2020 hingga sekarang dengan jumlah anggota tim inovasi 3 orang, yaitu Diky Dwi C selaku inisiator dan koordinator tim, M. Saipiudin dari LPHP Kakap sebagai anggota tim dan Tri Novera dari LPHP Sambas sebagai anggota tim.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortkultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengapresiasi adanya inovasi ini.
“Kami percaya bahwa petugas POPT selalu berada di lapangan dalam rangka mendampingi petani untuk pengamanan produksi. Namun dengan adanya inovasi ini kami semakin yakin bahwa data dan informasi yang disampaikan benar-benar akurat sesuai kondisi lapangan,” kata Anum.
“Dan inovasi ini juga sekaligus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul di masyarakat, apakah petugas teknis pertanian ada turun ke lapangan. Saya berharap inovasi ini dapat semakin dikembangkan lagi dan diikuti juga oleh para petugas fungsional teknis lainnya,” tambahnya.